Langsung ke konten utama

Bahaya Doomscrolling & Cara Menguranginya

Pernah nggak sih, cuma niat buka Twitter atau TikTok 5 menit, tapi tau-tau udah sejam lebih dan isinya berita sedih semua? Gempa, kasus kekerasan, konflik politik, masalah ekonomi, gosip toxic—semua berseliweran di timeline. Kalau kamu ngerasa makin cemas, lelah, bahkan mati rasa tiap buka medsos, bisa jadi kamu lagi kena yang namanya doomscrolling😯.



Apa Itu Doomscrolling?

Doomscrolling adalah istilah yang dipakai buat menggambarkan kebiasaan terus-terusan menggulir (scroll) media sosial atau situs berita untuk membaca informasi yang cenderung negatif, suram, atau bikin cemas. Biasanya, ini terjadi secara otomatis—tanpa kita sadari, jari-jari terus bergerak, padahal isi kontennya bikin hati makin berat.

Contoh paling umum: kamu buka Twitter atau TikTok karena iseng, terus lihat berita soal bencana, konflik politik, gosip toksik, atau komentar negatif yang viral. Bukannya berhenti, kamu malah makin dalam membaca komentar orang-orang, klik berita lain yang lebih parah, dan akhirnya jadi larut. Kamu mungkin mikir, “Aku harus tahu apa yang terjadi,” tapi sebenarnya otakmu udah dalam mode ‘fight or flight’, kebanjiran informasi negatif yang bikin stres.

Fenomena ini makin parah sejak pandemi, saat hampir semua hal terasa nggak pasti dan media sosial jadi satu-satunya tempat “nyambung ke dunia luar.” Bahkan sekarang, doomscrolling sering jadi coping mechanism atau pelarian dari realitas, padahal justru bikin mental makin drop😱.

Doomscrolling bukan cuma soal konsumsi berita buruk. Kadang kamu juga bisa doomscrolling di akun gosip, komentar haters, atau konten-konten FYP yang sebenarnya nggak kamu butuhin, tapi tetap kamu tonton karena “kebiasaan” dan rasa penasaran.

Dampaknya ke Kesehatan Mental

  • Cemas dan stres meningkat
    Terlalu banyak terpapar berita buruk bikin otak kita dalam mode “waspada terus”. Akhirnya, kita jadi gampang panik, gelisah, atau ngerasa dunia ini makin suram.

  • Susah fokus & produktivitas turun
    Otak yang lelah akibat overload informasi negatif jadi susah diajak mikir jernih. Belajar jadi nggak fokus, ngerjain tugas pun jadi malas.

  • Gangguan tidur
    Scroll berita sampai malam (apalagi yang bikin emosi) bisa bikin tidur terganggu. Padahal, istirahat yang cukup penting banget buat jaga kesehatan mental.

Cara Mengurangi Doomscrolling

  1. Batasi waktu main medsos
    Gunakan fitur screen time atau digital wellbeing buat ngatur waktu maksimal per aplikasi. Kamu juga bisa bikin aturan sendiri kayak “no scroll after 10 PM”.

  2. Kurasi akun yang kamu follow
    Follow akun-akun yang bikin kamu lebih tenang, semangat, dan positif. Jangan ragu unfollow akun gosip atau berita yang bikin kamu cemas terus.

  3. Sadarin diri: info penting vs info berlebihan
    Update berita penting itu perlu, tapi tahu semua detail sedih di dunia itu bukan tanggung jawabmu. Pilih sumber informasi terpercaya dan cukup tahu hal-hal yang relevan aja.

  4. Ganti doomscrolling dengan habit baru
    Setiap kamu pengin scroll medsos tanpa arah, alihkan ke aktivitas lain kayak baca buku ringan, stretching, journaling, atau sekadar keluar kamar ambil napas.

  5. Latih self-awareness
    Begitu sadar kamu lagi doomscrolling, stop sebentar. Tanyakan ke diri sendiri: “Apa ini bikin aku lebih baik? Atau justru bikin aku makin kacau?” 

Doomscrolling itu real, dan dampaknya ke mental kita tuh nyata banget. Tapi dengan sedikit kesadaran dan usaha kecil, kamu bisa lepas dari jeratnya. Ingat: menjaga kesehatan mental juga termasuk menjaga apa yang kamu konsumsi—bukan cuma makanan, tapi juga informasi.


🌸🌸🌸🌸🌸


*Note: Picture from Pinterest

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makeup Segar ala Habis Mandi: Tren TikTok yang Bikin Natural Makin Menawan

Dunia kecantikan digital tak pernah kehabisan inovasi. Setelah tren glass skin, latte makeup, hingga bold contouring, kini giliran gaya makeup segar ala “habis mandi” yang menjadi sorotan utama pengguna TikTok. Tampilan ini mengedepankan riasan minimalis yang membuat wajah terlihat fresh, glowing, dan alami—seolah baru saja selesai mandi pagi. Tren ini mulai ramai dibicarakan sejak akhir 2024, ditandai dengan banyaknya unggahan dari beauty influencer lokal seperti @tasyafarasya dan @aaliyahmassaid yang memamerkan tampilan wajah dewy dengan blush merona, lip tint glossy, serta alis yang hanya dirapikan tanpa diarsir tebal. Video mereka pun langsung viral, dengan ribuan komentar memuji tampilan yang dianggap “cantik alami tanpa usaha berlebihan." no makeup makeup look. Menurut beberapa pengguna TikTok, tren ini terasa lebih relatable dan mudah diikuti sehari-hari. “Makeup kayak gini itu cocok buat kuliah kerja. Gak menor, tapi tetap kelihatan fresh” ujar salah satu pengguna dengan a...

5 Cara Jaga Kesehatan Mental di Tengah Kesibukan Kuliah

Kehidupan kuliah sering digambarkan sebagai masa paling seru dan bebas dalam hidup—nggak salah sih, tapi nggak sepenuhnya benar juga. Di balik kebebasan nongkrong sampe malam, organisasi sana-sini, tugas kuliah yang numpuk, dan drama percintaan yang nggak ada habisnya, banyak mahasiswa sebenarnya lagi berjuang secara diam-diam. Ada yang stres mikirin skripsi yang nggak kelar-kelar, ada yang insecure karena ngerasa “nggak cukup keren” dibanding teman-teman seangkatannya, bahkan ada juga yang kehilangan arah dan nggak tahu lagi kenapa harus kuliah. Dan sedihnya, semua itu sering dianggap “biasa aja” karena udah jadi bagian dari “perjuangan mahasiswa.” Padahal, mental kita juga punya batas. Terlalu sibuk dan terus-terusan menekan diri sendiri bisa bikin kita burnout, ngerasa kosong, bahkan kehilangan semangat buat ngelakuin hal-hal kecil yang dulu kita suka. Kesehatan mental bukan cuma soal depresi atau gangguan serius lainnya, tapi juga tentang gimana kita ngerasa stabil, waras, dan nya...

Gimana Caranya Jadi Versi Terbaik Diri Sendiri (Tanpa Harus Pura-pura Strong)

Kita hidup di era yang serba cepat dan serba terlihat. Di media sosial, semua orang kelihatan sibuk, produktif, bahagia, dan... kuat . Jadi nggak heran kalau kita sering ngerasa harus selalu kelihatan oke juga—meski sebenarnya lagi capek, bingung, atau bahkan patah. Label "jadi versi terbaik diri sendiri" sering muncul di mana-mana. Tapi kadang, konsep ini bikin tekanan baru: kita harus selalu berkembang, selalu positif, dan harus bisa menghadapi apa pun tanpa terlihat lemah. Padahal, jadi versi terbaik itu nggak harus berarti sempurna. Apalagi kalau harus memaksa diri tampil kuat terus-terusan sampai lupa rasanya istirahat dan jujur sama diri sendiri. Kalau kamu lagi ngerasa terjebak dalam tuntutan untuk jadi "ideal version of yourself", ini beberapa hal yang bisa kamu pertimbangkan: 1. Terima Diri Apa Adanya, Termasuk Kekurangannya Versi terbaik diri sendiri bukan berarti versi tanpa cacat. Justru dimulai dari mengenali diri secara utuh—apa yang jadi kelebihan,...